Falsafah
Ilmu Pengetahuan
|
I.
Pengertian
Falsafah, Ilmu Dan Pengetahuan
Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan
kebenaran yang umum dan asas. Perkataan falsafah dalam bahasa Melayu berasal
daripada bahasa Arab فلسفة yang juga
berasal daripada perkataan yunani Φιλοσοφία philosophia, yang bermaksud
"cinta kepada hikmah". Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak
dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang
secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
II.
Pengertian
Falsafah Ilmu Pengetahuan Menurut Para Ahli
Berikut adalah
beberapa pengrtian filsafat ilmu pengetahuan menurut beberapa ahli :
a)
Aristoteles, filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada.
b)
Immanuel Kant, filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
c)
Al Farabi, filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan hakekat alam yang sebenarnya.
d)
Rene Descartes, filsafat adalah
kumpulan semua pengetahuan bahwa Allah, manusia dan alam menjadi pokok
penyelidikan.
e)
Plato, Filsafat adalah ilmu
yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
f)
Langeveld, filsafat adalah
berpikir tentang masalah final dan menentukan, yaitu masalah makna keadaan,
Tuhan, kebebasan dan keabadian.
g)
Habullah Bakry, filsafat adalah
ilmu yang meneliti secara mendalam tentang ketuhanan, manusia dan alam semesta
untuk menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana alam dapat dicapai sejauh
pikiran manusia dan bagaimana perilaku manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
h) N. Diyarkara, filsafat
adalah refleksi yang mendalam tentang penyebab ‘di sana dan melakukan’,
refleksi dari realitas (reality) jauh ke dalam ‘mengapa’ penghabisan itu.
Dari beberapa pengertian filsafat tersebut dapat
disimpulkan filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam
dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan
epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan
masalah-masalah seperti:
·
Apa dan bagaimana suatu konsep
dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,
·
Bagaimana konsep tersebut
dilahirkan,
·
Bagaimana ilmu dapat
menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi
·
Cara menentukan validitas dari
sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah
·
Macam-macam penalaran yang
dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan
·
Serta implikasi metode dan
model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
III.
Macam- macam
Filsafat
Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi:
filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur Tengah. Sedangkan menurut
latar belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha,
filsafat Hindu, dan filsafat Kristen.
Berikut adalah macam-macam filsafat menurut wilayah :
a.
Filsafat Barat
Filsafat Barat
adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di
Eropa, dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat
orang-orang Yunani kuno.
Tokoh utama
filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel
Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich
Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi
filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema
tertentu.
1.
Metafisika
Metafisika
mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada, dan
keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun
hakikat manusia, dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi. Dalam metafisika
sendiri ada berbagai perbedaan teori-teori filsafat. Idealisme, misalnya,
adalah keyakinan bahwa realitas yang dibangun mental atau material sementara
realisme menyatakan bahwa realitas, atau setidaknya beberapa bagian dari itu,
ada secara independen dari pikiran. Idealisme subyektif menggambarkan objek
sebagai tidak lebih dari koleksi atau "bundel" dari data yang masuk dalam
perseptor. Filsuf abad ke-18 George Berkeley berpendapat bahwa keberadaan
secara mendasar terkait dengan persepsi dengan kalimat Esse est aut percipi aut
percipere atau "Untuk menjadi yang dirasakan atau melihat”.
Selain pandangan
tersebut, ada juga dikotomi ontologis dalam metafisika antara konsep khusus,
dan universal. Khusus adalah benda-benda yang dikatakan ada dalam ruang dan
waktu, sebagai lawan dari benda-benda abstrak, seperti nomor. Universal adalah
sifat yang dimiliki oleh beberapa hal khusus, seperti kemerahan atau gender.
Jenis eksistensi, jika ada, universal, dan benda-benda abstrak adalah masalah
perdebatan serius dalam filsafat metafisik. Realisme adalah posisi filosofis
universal yang pada kenyataannya memang ada, sementara nominalisme adalah negasi,
atau penolakan universal, benda abstrak, atau keduanya. Konseptualisasi
menyatakan bahwa universal ada, tetapi hanya dalam persepsi pikiran.
2.
Epistemologi
Epistemologi
mengkaji tentang hakikat, dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah
berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan
seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
3.
Skeptisisme
Skeptisisme adalah
posisi yang mempertanyakan kemungkinan yang benar-benar membenarkan kebenaran
apapun. Argumen regresi, masalah mendasar dalam epistemologi, terjadi ketika
untuk benar-benar membuktikan pernyataan apapun, pembenaran itu sendiri perlu
didukung oleh pembenaran lain.
4.
Rasionalisme
Rasionalisme adalah
penekanan pada penalaran sebagai sumber pengetahuan. Empirisme adalah penekanan
pada bukti pengamatan melalui pengalaman indrawi atas bukti lain sebagai sumber
pengetahuan.
Parmenides (fl.
500 SM) berpendapat bahwa tidak mungkin untuk meragukan dari berpikir yang
benar-benar terjadi. Tapi berpikir harus memiliki objek, oleh karena itu
sesuatu yang melampaui pemikiran benar-benar ada.
5.
Aksiologi
Aksiologi
membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari
aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup
manusia yang terdiri dari etika dan estetika.
6.
Etika
Etika atau
filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak, dan
mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui.
Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung
jawab, suara hati, dan sebagainya.
7.
Estetika
Estetika membahas
mengenai keindahan, dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai
macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
b.
Filsafat Timur
Filsafat Timur
adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India,
Republik Rakyat Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi
budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat
dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat
Barat, terutama pada Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’
masih lebih menonjol daripada agama.
Nama-nama
beberapa filsuf Timur, antara lain Sidharta Budha Gautama/Budha, Bodhidharma,
Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan Mao Zedong.
c.
Filsafat Timur Tengah
Filsafat Timur
Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan juga
merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf pertama di Timur
Tengah adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam, dan juga beberapa orang
Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai
kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafah mereka.
Lalu mereka
menterjemahkan, dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Ketika
Eropa masuk ke Abad Pertengahan setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi dan
melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari
karya-karya yang sama, dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh
orang-orang Eropa.
Nama-nama
beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran, dan
Averroes.
d.
Filsafat Islam
Filsafat Islam
merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah
perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski
semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani
terutama Aristoteles, dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan
ajaran Islam.
Kedua, Islam
adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan',
dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti
sudah usang, dan tidak dibahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan
perhatiannya kepada manusia, dan alam, karena sebagaimana diketahui, pembahasan
Tuhan hanya akan menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
e.
Filsafat Kristen
Filsafat Kristen
mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman pada
abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman
kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan
agamanya.
Filsafat Kristen
banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua
filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contohnya
adalah Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu
Surajiyo, 2005. ILMU FILSAFAT Suatu Pengantar. Jakarta:PT Bumi Aksara
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar